Tuesday, August 31, 2010

Tentang Puak dan Edward (2)


Cerita sebelumnya: Puak bertemu dengan Edward pertama kali. Klik disini.
[Bacalah itu dulu, baru kembali kesini. Kalau tidak, kau akan gila sendiri tanpa teman]

------------------------


Aku masuk ke dalam bus AC yang mengarah ke daerah rumahku. Jam 3 siang ini bis AC itu hanya berpenumpang tak lebih dari 10 orang.
Aku duduk 3 bangku dari depan dan merapat dekat jendela. Perlahan, hawa panas di luar tadi mulai berkurang karena bus yang nyaris kosong ini terlalu cepat mendinginkannya.

"Ehm.. Puak..". Ah, suara itu. Suara lelaki tadi. Aku mengerjapkan mataku sejenak, menyadari itu bukan suara dari isi kepalaku.
Dan ketika menolehkan kepala, disitulah dia. Lelaki bule, ganteng dan bermata hijau lembut itu duduk di bangku seberangku.
Ia tersenyum dan jantungku berdebar. Takut.

Teriak, Puak!.. kata hatiku. Ngawur, gimana kalau dia cuma ilusi. Kalau aku teriak terus dia menghilang, malu ama sopir ama kenek, tahu!..  balas jantungku. Heeh, ini hati ama jantung, kok bisa ngobrol sih.. debat paru. Cukup!.. bisikku pada ketiganya.

Aku mengalihkan pandanganku ke jendela. Dalam 3 detik, tahu-tahu lelaki itu sudah duduk disebelahku.
"Kamu takut, kan Puak?"
"Nggak"
, jawabku tanpa melihatnya. Hidungku mencoba menghirup baunya. Tidak ada bau peti mati atau campuran kembang 7 rupa seperti harapanku. Baunya wangi parfum mahal khas cowok macho. (tidak mau beriklan parfum, padahal nggak hapal merk parfum cowok apapun :D )

"Bau darah?... kau nggak menciumnya juga?", tanyanya menoleh kepadaku. Sengaja. Lalu tertawa.
"Maksudmu?", tanyaku.
"Aku tidak berbau peti mati dan kembang tujuh rupa, kan?.. gimana kalau bau darah?"
"Kamu tuh siapa sih?.. kok kamu bisa tahu namaku, apa yang ada dipikiranku?"
tanya ku heran. Sekarang aku memandangnya.

Ia menggeserkan badan, dan mengulurkan tangan kanannya. "Aku vampire, dan namaku Edward..", ucapnya sambil menatapku.
Dih, melihatnya memandangku saja, sepertinya pengen jatuh dalam pelukan dada bidangnya. Jangan-jangan ini hipnotis jenis baru.

Lelaki bernama Edward itu tersenyum, menggoyangkan tangannya. Mengingatkanku. Dengan gemetar akhirnya aku menyambut tangan berkulit putih itu. "Aku manusia, masih perawan, dan namaku Puak", jawabku. (Nggak perlu kali dul, nyebutin perawan apa nggak).

"hehehe.." Edward nyengir. (tuh, kan. Nggak dibilang juga dia tahu kau masih perawan).
Aku tersipu malu. Merona seketika.

"Kamu mau kemana, Puak?"
tanya Edward.
"Pulang lah, kesempatan kalau dinas luar begini. Aku bisa pulang siang."
"Trus itu, mobil sedan Jaguar di parkiran tadi, punya siapa?"


(Haha.. lupa euy, kalau dalam cerita ini aku punya mobil sedan Jaguar!.. main ngebis aja. Kebiasaan.)

"Bukan mobil colongan, kan Puak?"
tanyanya lagi.
Waah, si Edward ini gak tahu kali ya, kalau Puak = emosian. Sensitif.

"Heeeh vampire!.. kau itu mau nyari korban apa cuma pengen menghina aku sih??," geramku. Mataku melotot.
"Tenang Puak.. aku hanya bertanya. Lalu sekarang gimana, mau kembali lagi kesana?"

Tanpa menjawabnya, aku berdiri dan meminta sopir menghentikan bis di halte berikutnya. (ceritanya, sopir bus jakarta pada tertib, tak mau berhenti kalau bukan di halte. sedap, kan?)

"Puak..".
"Ya?"..
jawabku seraya menarik leherku mencari taksi dengan tulisan "Tarif Bawah".
"Puak..".
"Ih, apaan sih, Puak Puak mulu"
, jawabku kesal. (sayang, atau beib kek sesekali)

"Gini lho, beib".
Halah.
"Kalau mau cepet, kamu aku gendong aja..."

Apaa???.. Edward mau menggendongku?? Romantisnyee..
"Yang bener?..", tanyaku tersipu. Ia mengangguk dengan senyuman memabukan itu.
"Gendong depan, ya?", tanyaku genit.

Edward menatapku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Menimbang-nimbang.
"Kenapa?", tanyaku curiga. Aku tahu kenapa.

"Selain nggak pantas dan juga bukan mukhrim, kalau dengan postur tubuh seperti itu dan menggendong dalam posisi kamu memelukku dari depan, aku takut nyungsep, Puak. Berbahaya buat kita berdua."

Bener kan?. Ini soal fisik.

"Ya, udah. Belakang boleh deh. Tapi jangan bilang, ditengah jalan encokmu kumat. Kau akan tahu bagaimana rasanya nanti jalan ngesot. Aku punya ilmu untuk itu", jawabku kesal.

Edward ganteng itu menyunggingkan senyuman. Ah.. tak sabar rasanya terbang digendong Edward ngambil mobil sedan Jaguar trus bermesraan didalamnya.
.
Bersambung..

9 comments:

  1. Ya, udah. Belakang boleh deh. Tapi jangan bilang, ditengah jalan encokmu kumat. Kau akan tahu bagaimana rasanya nanti jalan ngesot. Aku punya ilmu untuk itu"


    ILMU NGESOT?????
    wahh
    hahahahahhahahahaha
    sakti bener rupanya wak puak..
    pantes bang edward ngejar2..

    ReplyDelete
  2. @Ujang.. hahaha.. kutipu dia, jang. Kalau nggak, kapan lagi aku bisa merasakan digendong Edward. ;)

    ReplyDelete
  3. sukses membuatku gilaaaa :D ngakak sendiri hihiii

    ReplyDelete
  4. @Riris.. syukurlah kau akhirnya gila. Ujang ada temennya.. hahahah!

    ReplyDelete
  5. waduh... kayaknya perlu disiapin minyak urut yang paling top nih. kasian si edward.. pastinya setelah sampai di jaguar, badannya pegal-pegal semua... tega nian si puak inih... :p

    ReplyDelete
  6. @Uda.. hahaha... cowok ganteng itu uda!.. ganteng.. kapan lagi bisa digendong sama cowok ganteng?? :D

    ReplyDelete
  7. Nice Artikel, inspiring in my angle.
    Have a nice day :)

    ReplyDelete
  8. jaguarnya pura2 ngadat aja... jd kan bisa digendong smp rumah.

    sedap kan? hahaha

    :)

    ReplyDelete
  9. Wakakaka...
    (Masih melanjutkan tawa sejak seri 1-nya)

    ReplyDelete

Related Posts with Thumbnails